https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/issue/feedJurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH)2023-02-24T07:23:31+00:00Rinto Hasiholan Hutapearintohutapea81@gmail.comOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>TENTANG JURNAL JIREH</strong></p> <p style="text-align: justify;">Nama jurnal ini adalah <strong>Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH).</strong> JIREH diterbitkan oleh <strong>Sekolah Tinggi Teologi Injili dan Kejuruan (STTIK) </strong>Kupang, Nusa Tenggara Timur. Periode terbitan dua kali dalam satu tahun, yaitu Juni dan Desember. Jurnal ini terdaftar di CrossRef dengan Digital Object Identifier (DOI)<strong> </strong><strong>prefix </strong> 10.37364/jireh. <strong>ISSN</strong> Jurnal: <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1560218208&1&&">2685-1466</a> (Online) dan <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1560219127&1&&">2685-1393</a> (Printed).</p> <p>Berdasarkan hasil akreditasi jurnal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi dengan Nomor Surat Keterangan: <a href="https://drive.google.com/file/d/1QehgsfwHAJ8mmcxTgtWXWyr2yx8Flpih/view">164/E/KPT/2021 </a>Tentang Peringkat Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode 2 Tahun 2021 Tanggal 27 Desember 2021 menyatakan bahwa <strong>Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH)</strong> berada pada <strong>Peringkat 3 (SINTA 3).</strong></p> <p style="text-align: justify;">Jurnal JIREH memiliki spesifikasi terbitan di bidang Pendidikan Keagamaan, Dinamika Keagamaan, Riset Teologi Keagamaan, Etika Keagamaan, Musik dan Agama, serta Budaya dan Agama. Proses review jurnal ini menggunakan <em>Double Blind Peer Review</em>. Artinya, artikel atau naskah akan ditelaah oleh teman sejawat, yang mana identitas reviewer dan penulis disembunyikan, sehingga reviewer tidak mengetahui artikel siapa yang sedang ditelaah dan penulis juga tidak mengetahui siapa yang menelaah artikelnya.</p> <p style="text-align: justify;">Penyebutan atau penamaan JIREH didalilkan dari akronim Jurnal Ilmiah <em>Religiosity-Entity-Humanity</em> dalam kebermaknaan bebas yaitu tulisan ilmiah yang memuat keberagamaan-kewujudan-kemanusiaan. Frasa JIREH sendiri memiliki arti yang sangat sakral dalam konteks bahasa dan budaya Ibrani (lihat kajian keyahudian). Jireh dalam kamus bahasa Ibrani didahului oleh frase Jehova. Maka kata Jehova Jireh dalam bahasa Ibrani diartikan sebagai <strong><em>God sees </em></strong>atau <strong>Allah yang melihat</strong>. Bahkan dalam naskah Ibrani terbaca: di atas gunung TUHAN Ia memperlihatkan diri atau Allah yang menampakkan diri. Dengan asumsi tersebut, maka tulisan dalam jurnal ini dapat melihat maha karya Allah terlukis pada rangkaian kata dan kalimat inspiratif dengan disiplin ilmu yang ketat.</p> <p style="text-align: justify;">Disiplin ilmu terpilih tersebut diyakini akan berkontribusi dalam kosmos praksis yang relevan dan elegan pada basis kemandirian. <em>Religiosity</em> (keberagamaan) adalah bentuk internalisasi nilai agama dan keterikatan manusia terhadap Tuhan yang mengandung norma-norma untuk mengatur perilaku manusia tersebut dalam hubungan dengan Tuhan, manusia lain, maupun lingkungannya.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Entity</em> (kewujudan) adalah sebuah “benda” (thing) atau “objek” (object) di dunia nyata yang dapat dibedakan dari semua objek lainnya. Dengan kata lain, kajian ilmu yang tersaji merupakan realitas yang dilandasi oleh kesadaran yang berwujud atau lahir dari basis kepakaran penulis tentunya.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Humanity </em>(kemanusiaan) merupakan tataran keilmuan yang bersinggungan dengan filsafat pemikiran, kemelekatannya pada nilai-nilai manusia. Konsekuansi logis dari gagasan <em>humanity</em> mampu membumi memberi jawab pada problematika rumit di tengah saratnya tuntutan kehidupan. Dengan demikian, koherensi dari bidang tinjauan di atas dirangkai secara populis dan akademis yaitu konsepsi pemikiran nilai-nilai kemanusiaan yang bertalian dengan norma-norma keberagamaan pada obyek riil berpangku pada kesadaran keilmuan.</p>https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/106Teologi Anak Menurut John Calvin dan Signifikansinya Bagi Kekristenan Masa Kini2022-10-31T03:37:18+00:00Yuk Fran Siskayu_qee@yahoo.comBenyamin F Intanbenyaminintan@yahoo.com<p><em>Children are the future of a society and the future of the church. Awareness of the importance of children to society and the church needs to be based on biblical concepts of nature of child and childhood. This is necessary because of the emergence of deviant attitudes towards children as a result of extreme understanding between children as sinners or children as innocent and pure individuals. One of them is the abuse of discipline and punishment and the underestimation of the possibility of crimes committed by children. Therefore, this article descriptively through literature study tries to retell the efforts of a reformer named John Calvin who has introduced the biblical concept of child and childhood with a balance between the sinful side and the precious side of a child in Geneva. Calvin's understanding and experience can set an example for a balanced view of children and childhood and help today's Christianity to carry out the responsibilities it should take for children in the family, church and society.</em></p> <p> </p> <p>Anak-anak adalah masa depan dari sebuah masyarakat dan hari depan gereja. Kesadaran akan pentingnya anak-anak bagi masyarakat dan gereja perlu didasari oleh konsep yang biblikal mengenai natur dan masa kanak-kanak. Hal ini diperlukan karena timbulnya sikap-sikap yang menyimpang terhadap anak-anak sebagai hasil dari pemahaman yang ekstrem antara anak-anak sebagai manusia berdosa ataupun anak-anak sebagai pribadi yang polos dan murni. Salah satunya adalah penyalahgunaan disiplin dan hukuman serta penyepelean adanya kemungkinan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Oleh sebab itu, artikel ini secara deskriptif melalui studi pustaka berusaha menceritakan kembali usaha seorang reformator bernama John Calvin yang telah memperkenalkan konsep anak dan masa kanak-kanak yang biblikal dengan seimbang antara sisi berdosa dan sisi berharga seorang anak di Jenewa. Pemahaman dan pengalaman Calvin dapat memberikan contoh bagi cara pandang yang seimbang terhadap anak-anak dan masa kanak-kanak serta menolong Kekristenan masa kini untuk mengerjakan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan bagi anak-anak di dalam keluarga, gereja dan masyarakat.</p>2022-10-28T06:29:41+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/99Strategi Manajemen Keuangan Gereja Kalimantan Evangelis Dalam Bentuk Badan Usaha2022-10-31T03:37:19+00:00Cristi Devi DarnitaCristidevidarnita@gmail.comDefri Triadidefritriadi@iaknpky.ac.idDella Gita Van Gobeldellavango@gmail.com<p><em>Financial management in religious organizations such as churches needs to be independent of church operational funds without relying on congregational offerings. The purpose of this study is to analyze the church's financial management strategy in managing its assets as an investment that generates funds for church management, especially in the Gereja Kalimantan Evangelis. The method used is a qualitative exploration with the techniques of observation, interviews, and documentation studies. This study analyzes the financial management strategy process namely strategy formulation, development of vision and mission, identification of opportunities and threats managing church assets at GKE Resort Tewah by building swallow nests and market blocks. The investment strategy results by managing church assets can fund all church operations and become a financially independent church without depending on congregational offerings.</em></p> <p> </p> <p>Manajemen keuangan pada organisasi keagamaan seperti gereja perlu menuju kemandirian dana operasional gereja tanpa bergantung pada persembahan jemaat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi manajemen keuangan gereja dalam mengelola aset yang dimiliki sebagai suatu investasi yang menghasil dana untuk pengelolaan gereja, khususnya di Gereja Kalimantan Evangelis. Metode yang digunakan adalah kualitatif eksplorasi dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini berupa analisis proses strategi manejemen keuangan yaitu perumusan strategi, mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman. Bentuk penerapan strategi keuangan dengan mengelola aset gereja di GKE Resort Tewah dengan membangun sarang burung walet dan blok pasar. Hasil dari strategi investasi dengan mengelola aset gereja dapat mendanai seluruh operasional gereja dan dapat menjadi gereja yang mandiri secara keuangan tanpa bergantung kepada persembahan jemaat.</p>2022-10-28T06:33:09+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/105Motivasi Belajar Mahasiswa Melalui Gaya Mengajar Dosen Di Era Pandemi2022-11-02T07:58:45+00:00Paskah Parlaungan Purbapaspurba07@gmail.comEster Melatiestermelati30@gmail.com<p><em>This study aims to confirm the influence of lecturers' teaching styles on student learning motivation at the Basom Theological College batam. This study used quantitative methods with a sample of 30 students. The findings of the study revealed that the teaching style of lecturers at STT Basom Batam affects student learning motivation. This is shown by the data that if th ≥ tt, then there is a significant Influence of Lecturer Teaching Style (X) on the Learning Motivation of STT Basom (Y) students. From the table it is known that tt = 1.697 and from the calculations obtained 2.696 at a significance level of 5% with N = 30. Thus, th > tt, meaning that there is a significant influence of the lecturer's teaching style on the learning motivation of STT Basom Batam students.</em></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi pengaruh gaya mengajar dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi Basom Batam. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan sampel mahasiswa sebanyak 30 orang mahasiswa. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa gaya mengajar dosen di STT Basom Batam mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan data bahwa jika t<sub>h</sub> ≥ t<sub>t</sub>, maka terdapat Pengaruh Gaya Mengajar Dosen (X) yang signifikan terhadap Motivasi Belajar mahasiswa STT Basom (Y). Dari tabel diketahui t<sub>t</sub> = 1,697 dan dari perhitungan diperoleh 2, 696 pada taraf signifikansi 5% dengan N = 30. Dengan demikian, t<sub>h</sub> > t<sub>t</sub>, artinya terdapat pengaruh yang signifikan gaya mengajar dosen terhadap motivasi belajar mahasiswa STT Basom Batam.</p>2022-11-02T07:58:45+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/78Revolusi Konseling Karakter Bagi Peserta Didik Menghadapi Tantangan Abad 212022-12-17T04:34:23+00:00Joko Santosops.johnsantoso@gmail.comAndreas Pujionoandriaspujiono1@gmail.com<p><em>Moral degradation in generations in the 21st century is a challenge and a complex problem that must be immediately addressed by educational institutions. Character counseling guidance for students is a solution to answer the needs of these problems. Educators as implementers of educational tasks can restore character counseling guidance to meet the needs of students in responding to and dealing with shifts in socio-cultural values </em><em></em><em>that affect a character. This research paper uses a descriptive qualitative approach to describe educators designing character education patterns and strategies for counseling guidance approaches that are appropriate to the needs of the times and right on target. The educational counseling guidance revolution can be pursued by designing Strengthening Character Education which is: Faithful, Morals and Integrity. While the Strategic Approach: Thinking Critically, Be Optimistic, and Act Creatively.</em></p> <p>Degradasi moral pada generasi di abad 21 menjadi tantangan dan masalah kompleks yang harus segera ditangani oleh lembaga pendidikan. Bimbingan konseling karakter terhadap peserta didik merupakan solusi untuk menjawab kebutuhan persoalan tersebut. Para pendidik selaku pelaksana tugas pendidikan dapat melakukan restorasi bimbingan konseling karakter guna memenuhi kebutuhan peserta didik dalam menyingkapi dan mengadapi pergeseran nilai-nilai social budaya yang berpengaruh pada karakter. Penelitian naskah ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menggambarkan para pendidik merancang pola pendidikan karakter dan strategi pendekatan bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan tepat pada sasaran. Revolusi bimbingan konseling pendidikan dapat ditempuh dengan merancang Penguatan Pendidikan Karakter yang: Bertaqwa, Bermoral dan Berintegritas. Sedangkan Pendekatan Strategi: Berpikir Kritis, Bersikap Optimis, dan Bertindak Kreatif. </p> <p> </p>2022-12-17T04:34:23+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/116The Lost of Gospel in The Church and Evangelism in the World: The Deadly Scream and the Answers2022-12-17T05:27:39+00:00Stevri P.N. Indra Lumintangstevri.indralumintang@gmail.com<p><em>This research aims to explore the lost Gospel in worldwide churches, especially the evangelical churches in Indonesia and the loss of evangelism in the world. This research was stimulated by the influence of secularism and pragmatism in the church as a result of the change in worldview from the modern era to being postmodern. Based on content analysis research methods, analyzing specifically the contents of several major literatures, it was found that the Gospel and evangelism had indeed disappeared in many church organizations, including evangelical churches and schools of theology in Indonesia. Because of these churches tend to follow the world's mindset and standards, thus leaving the Gospel as the highest standard, as seen in their world-oriented and worldly-inclined way of life. Many churches are conforming to the world. In fact, the loss of the Gospel in the church and evangelization in the world is the biggest and most serious problem in the world, namely moral, mental and spiritual destruction and eternal destruction. For this reason, reformation of the Gospel and evangelism have become an important and urgent agenda, so that the church returns to its nature as a church, the sole agent of God's gospel in the world and returns to its main function, namely evangelizing the world. That is the only solution to the problems of the church and the world. This research is useful for theologians around the world to provide awareness and awareness for the church to carry out its function as the salt and light of the world through the Gospel and evangelism.</em></p>2022-12-17T05:27:39+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/107Konsep Menyerahkan Orang Kepada Iblis dalam 1 Korintus 5:1-13 dan Implementasinya dalam Kehidupan Orang Percaya2022-12-30T09:25:49+00:00Andre Malauandremalaupinohmelawi@gmail.comChristopher James Luthytheluthys@gmail.comYunus D. S. Laukapitangnus_lau@yahoo.com<p><em>The basic diificulty in understanding the text is understanding the role of the devil who destroys the body but aims to save the soul of the person who is handed over to the devil which is very contrary to the goal of the devil who wants to destroy humans so that they experience eternal death instead of saving the soul. The purpose of this study is to examine the concept of handing people over to the devil in the text of 1 Corinthians 5:1-13. In addition, the author also explains the implications of the text for believers today. This study uses a grammatical-historical hermeneutic study method. The result of the author's study is that the concept of handing people over to the Devil in 1 Corinthians 5:1-13 is an act of the congregation by exercising church discipline against church members who have not left their sins and aims to provide a deterrent effect. Meanwhile, the implementation of the concept of handing people over to the Devil/demons in 1 Corinthians 5:1-13 is that believers live in a commitment to holiness, carry out church discipline as the identity of the holy people, and carry out church discipline as the authority of the congregation.</em></p> <p> </p> <p>Kesulitan dasar dalam memahami teks tersebut ialah memahami peran Iblis yang membinasakan tubuh namun bertujuan untuk keselamatan roh atas orang yang diserahkan kepada Iblis yang sangat bertentangan dengan tujuan Iblis yang mau membinasakan manusia agar mengalami kematian kekal bukan keselamatan roh. Tujuan dari penelitian ini ialah mengkaji konsep menyerahkan orang kepada Iblis dalam teks 1 Korintus 5:1-13. Selain itu, penulis juga menjelaskan implikasi teks bagi orang percaya pada masa kini. Penelitian ini menggunakan metode kajian hermeneutik gramatikal-historis. Hasil kajian penulis ialah konsep menyerahkan orang kepada Iblis dalam 1 Korintus 5:1-13 adalah tindakan jemaat dengan menjalankan disiplin gereja terhadap anggota jemaat yang belum meninggalkan dosanya dan bertujuan memberikan efek jera. Adapun, implikasi dari konsep menyerahkan orang kepada Iblis/setan dalam 1 Korintus 5:1-13 ialah orang percaya hidup dalam komitmen kekudusan, menjalankan disiplin gereja sebagai identitas umat yang kudus, serta menjalankan disiplin gereja sebagai wewenang jemaat.</p>2022-12-30T09:25:48+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/87Makna Kebenaran dari Sudut Pandang Sang Pemazmur dalam Mazmur 1112022-12-30T09:30:39+00:00Dian Juli Adisaputradianjuliadisaputra@stbi.ac.idPriyantoro Widodopriyantorowidodo@stbi.ac.id<p><em>Truth is a statement or act of a person that will not harm others or himself. The statement or act must have evidence that can support it and must be in accordance with the facts of the actual act. This writing uses the Literature Study method with a Biblical Book of Poetry approach, as for the results obtained from the meaning of truth according to the Psalmist's point of view in Psalm 111, namely every act that God has done is really great, God's work is also very great and lively with His justice which always forever and ever, God remembers his covenants, the works of his hands are righteousness and justice, holy and terrible is the name of God, and the beginning of wisdom is the fear of the Lord. In today's life, it is also hoped that you will always be grateful to God and surrender your life completely only to God, and remain a person who is always obedient to God, in any situation.</em></p> <p> </p> <p>Kebenaran merupakan suatu pernyataan atau perbuatan seseorang yang tidak akan merugikan orang lain maupun dirinya sendiri. Pernyataan atau perbuatan tersebut harus memiliki bukti yang dapat mendukung dan harus sesuai dengan fakta perbuatan yang sebenarnya. Penulisan ini menggunakan metode Studi Literatur dengan pendekatan Biblika Kitab Puisi, adapun hasil yang diperoleh dari makna kebenaran menurut sudut pandang Pemazmur dalam Mazmur 111 ini yaitu setiap perbuatan yang telah dilakukan Allah sungguh besar, pekerjaan Allah pun sangat agung dan bersemarak bersama keadilan-Nya yang selalu tetap dari dulu sampai selamanya, Allah mengingat setiap perjanjian-Nya, perbuatan tangan-Nya merupakan kebenaran dan keadilan, Kudus dan dahsyat selalu nama Allah, dan permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Dalam kehidupan saat ini juga diharapkan supaya tetap selalu bersyukur kepada Tuhan dan menyerahkan hidup ini sepenuhnya hanya di dalam Allah, serta tetap jadilah pribadi yang selalu taat kepada Allah, baik dalam situasi kondisi apapun itu.</p>2022-12-30T09:30:39+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/109TERIAKKAN “PUKUL TERUS”: Misiologi Pantekosta dan Pendidikan Agama Kristen2022-12-30T09:42:53+00:00Elia Tambunanelia.tambunan@gmail.comHesra Oktavianus Sembiringoktavianushesra38@gmail.comAndreas Sudjonoandreas.sudjono@gmail.com<p><em>T</em><em>he</em><em> paper presents P</em><em>a</em><em>ntecostal missiology both historically, teaching and learning processes, as well as more recent empirical data. By not dismissing the problems and criticisms from scholars who doubted whether P</em><em>a</em><em>ntecostalism really had a missiology, and doubted the process of learning about it in Christian religious higher education, here is narrated the dynamics of P</em><em>a</em><em>ntecostal missiology. This paper presents the P</em><em>a</em><em>ntecostal Church in Indonesia (</em><em>PCiI or </em><em>GPdI) and many things that surround it, the history of its formation since January 6, 1906 in the era of the Dutch East Indies as the object of study. To build a solid argument</em><em>,</em><em> based on the finding that there really is a P</em><em>a</em><em>ntecostal missiology, we use a combined research method of quantitative empirical through a questionnaire survey for the need for a postgraduate thesis and qualitative based on primary data sources from the GPdI </em><em>senior </em><em>figures themselves and literature from other researchers as secondary sources. T</em><em>he</em><em> paper is useful as a conceptual framework for the Indonesian academic field, namely P</em><em>a</em><em>ntecostal missiology and Christian religious education which has never been the object of study so far that is useful for Christian religious higher education and global studies of P</em><em>a</em><em>ntecostalism which is currently growing in the international </em><em>academic arena</em><em>.</em></p> <p>Tulisan ini menampilkan misiologi Pantekosta baik itu secara historis, proses belajar mengajar, maupun data empiris yang lebih baru. Dengan tidak menampik adanya problem dan kritik dari sarjana yang banyak meragukan apakah Pantekosta benar-benar memiliki misiologi, dan meragukan proses pembelajaran akan hal tersebut di pendidikan tinggi keagamaan Kristen, di sini dinarasikan dinamika misiologi Pantekosta. Tulisan ini mengetengahkan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) dan banyak hal yang mengitarinya sejarah pembentukannya sejak 6 Januari 1906 di era Hindia Belanda sebagai objek studi. Untuk membangun argumentasi yang solid atas dasar temuan bahwa benar ada misiologi Pantekosta, kami menggunakan metode penelitian gabungan antara kuantitatif empiris lewat survei angket untuk kebutuhan tesis pascasarjana dan kualitatif berdasarkan sumber data primer dari tokoh GPdI itu sendiri serta literatur dari peneliti lain sebagai sumber sekunder. Tulisan ini berguna menjadi kerangka konseptual dari ladang akademik Indonesia yakni misiologi Pantekosta dan pendidikan agama Kristen yang belum pernah menjadi objek kajian selama ini yang berguna bagi pendidikan tinggi keagamaan Kristen maupun studi global Pantekostalisme yang sedang menggeliat di arena akademik internasional.</p>2022-12-30T09:42:53+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/101Pendidikan Perempuan Pantekosta Sebagai Upaya Optimalisasi Peran Wanita Dalam Penatalayanan Gereja2022-12-30T14:08:11+00:00Elsye Ribkah Runkatelsrunkat@gmail.com<p> </p> <p><strong> </strong></p> <p><em>The fact show that there is still an understanding that women do not need to optimize themselves regarding the implementation of of the Christian faith, ethich and morality education as organism involved in church stewardship activities. Women deal mostly with consumption and are limited to housewives, a bad mirror of women among Pentecostal women. While Pentecostal women also seem to enjoy the condition without a role. This paper aims to provide a significant insight into the need for education for women to be optimal in their duties and role according to the Lord Jesus’ mandate for believers which is facilitated in church stewardship. This paper was preceded by the application of descriptive qualitative research methods to served as church pastors, housewives, and leaders of Pentecostal service oraganizations. Researchers obtain the reality that the Pentecostal Church does not understand gender. Pentecostal women who are the source of data in this research are the facts of the domination of Pentecostal male ego, as well as providing a strong indication of the importance of Pentecostal women’s education in the context of efforts to optimize the role of female congregation members in church stewardship as concrete events that require creative and transformative solutions.</em></p> <p>Fakta bahwa masih ada pemahaman perempuan tidak perlu mengoptimalisasi diri terkait implementasi nilai-nilai iman Kristen, edukasi etika dan moralitas sebagai organisme yang terlibat dalam kegiatan penatalayanan gereja. Perempuan hanyalah berurusan dengan konsumsi, sebatas ibu rumah tangga, merupakan cermin buruk perempuan di kalangan perempuan Pantekosta. Sementara perempuan Pantekosta pun seolah-olah menikmati kondisi tanpa peran. Tulisan ini bertujuan memberikan suatu wawasan signifikan tentang perlunya pendidikan bagi kaum perempuan untuk menjadi optimal dalam tugas dan perannya sesuai mandat Tuhan Yesus bagi orang percaya yang difasilitasi dalam penatalayanan gereja. Tulisan ini didahului penerapan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif pada beberapa perempuan yang berperan sebagai gembala jemaat, ibu rumah tangga, dan pemimpin wadah-wadah pelayanan Pantekosta. Peneliti memperoleh realita bahwa Gereja Pantekosta tidak mengerti perihal gender. Perempuan Pantekosta yang menjadi sumber data dalam riset ini adalah fakta dominasi keakuan laki-laki Pantekosta, sekaligus memberikan indikasi kuat pentingnya pendidikan perempuan Pantekosta dalam rangka upaya optimalisasi peran warga jemaat kategori wanita dalam penatalayanan gereja sebagai peristiwa kongkret yang membutuhkan solusi kreatif dan transformatif.</p>2022-12-30T14:08:10+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/114Analisis Teks Yosua Pasal 12 dan 13 Tentang Penaklukan Bangsa-Bangsa di Tanah Kanaan2022-12-30T14:17:54+00:00Stefanus Maurits Limpelelimpele73@gmail.comRosnila Hurarosnilahura@sttiaa.ac.id<p> </p> <p><em>When the Israelites came out of Egypt, the Lord led them back into the land of Canaan according to the promise God made to their ancestors. That promise was fulfilled during the reign of Joshua. So in the book of Joshua chapter 12 tells about the kings who were defeated during the reign of Moses and Joshua and the distribution of the promised land to the tribes of Israel. Meanwhile, Joshua chapter 13 tells of the lands that were left behind and had not been conquered by Joshua after he grew old and advanced in age. In addition, this chapter gives another account of Moses' conquest of Sihon and Og and the division of the land of Canaan to the tribes of Israel. Moses repeatedly told the Israelites about the land of Canaan to remind them that God was faithful to his promises to His chosen people. But there are still questions that arise among Christians, namely if God promised why the Israelites had difficulty entering the land of Canaan and occupying the land, there were even other nations left there. On this question, the author discusses the text that is in us, Joshua 12 and 13. Through this discussion, it is hoped that it can add insight to the readers about the conquest of nations and further strengthen the belief of today's believers that God's promises to His people are never broken. </em></p> <p>Ketika Bangsa Israel keluar dari Mesir mereka dituntun Tuhan masuk kembali ke dalam tanah Kanaan sesuai dengan janji Allah kepada nenek moyangnya. Janji itu digenapi pada masa kepemimpinan Yosua. Maka dalam Kitab Yosua pasal 12 menceritakan tentang raja-raja yang telah dikalahkan pada masa kepemimpinan Musa dan Yosua serta pembagian tanah perjanjian kepada suku-suku Israel. Sedangkan Yosua pasal 13 menceritakan negeri-negeri yang tertinggal dan belum ditaklukkan oleh Yosua setelah ia menjadi tua dan lanjut umur. Selain itu, pasal ini memberikan kembali laporan tentang penaklukan Musa atas Sihon dan Og serta pembagian tanah Kanaan kepada suku-suku Israel. Musa berulang kali menyampaikan kepada bangsa Israel tentang tanah Kanaan untuk mengingatkan mereka bahwa Allah setia terhadap janji kepada umat pilihan-Nya. Namun masih ada pertanyaan-pertanyaan yang muncul dikalangan orang Kristen, yaitu jika Allah yang berjanji mengapa bangsa Israel mengalami kesulitan masuk ke dalam tanah Kanaan dan menduduki negri itu, bahkan ada bangsa-bangsa lain yang tertinggal di sana. Atas pertanyaan ini maka penulis membahas teks yang ada dalam kita Yosua 12 dan 13. Melalui pembahasan ini, diharapkan dapat menambah wawasan para pembaca tentang penaklukan terhadap bangsa-bangsa dan semakin meneguhkan keyakinan orang percaya masa kini bahwa janji Allah kepada umat-Nya tidak pernah ingkar.</p>2022-12-30T14:17:54+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/102Kontekstual Sinergisitas Gereja Dan Influencer Rohani Dalam Pembangunan Spiritual Generasi “Z”2023-01-27T05:41:05+00:00Hendrik Bernardus Teteleptahendrikbern@sttrealbatam.ac.idJoni Manumpak Parulian Gultomjonimanumpakgultom@gmail.com<p>Artikel ini melihat aspek spiritualitas biblika, komitmen pelayanan, dan pengembangan spiritual sebagai irisan untuk konteks pendekatan praksis dalam pengembangan spiritual generasi Z. Penulis melihat ruang sinergisitas antara gereja dengan tradisi pelayanan fisik dengan influencer Kristen dalam ruang media sosial. Tujuannya adalah merumuskan kembali postulat gereja dalam pengembangan spiritual generasi Z bersama Influencer Kristen. Bagian pertama memuat peran gereja dan influencer Kristen sebagai inisiator dalam pengembangan relasi dan komunitias generasi Z dalam ruang fisik dan virtual. Bagian kedua menjelaskan langkah influencer rohani bertindak sebagai opinion leader dalam media. Bagian ketiga menjelaskan dua kategori bentuk sinergisitas gereja dan influencer Kristen. Kategori awal ketika gereja bertanggung jawab dalam melatih dan melahirkan influencer Kristen dalam pesan pertobatan dan pengembangan rohani dengan pengurapan dan otoritas Ilahi, serta berkualitas tinggi dalam norma-etika di ruang digital. Kategori akhir adalah sinergisitas dalam bentuk ekuivalensi mutu Firman Tuhan dalam ruang fisik dan virtual. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dan pengumpulan data melalui studi literatur.</p>2022-12-30T14:27:15+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/86Memancarkan Pengajaran Makna ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ Berdasarkan Efesus 5:1-21 dalam Diri Orang Kristen2022-12-30T14:42:32+00:00Hasahatan HutahaeanHasea2014@gmail.comMarthen Maumarthenluthermau@gmail.comMarkus AmidAmidmarkus72@gmail.comAprianus Ledrik Moimauaprianus@sttsetia.ac.id<p><em>In the past, Ephesians committed various sins. Therefore, the apostle Paul was chosen by God to preach the gospel to Ephesus to leave sin according to the teaching, 'It is dark to rise the light.' The phrase 'the dark rises of light' is an attitude that must be taken by god's people, namely those who believe in Jesus Christ, to distinguish their lives from the lives of others who still live in sin. Aim the research to find mean </em><em>ph</em><em>rase of 'the dark rises of light'</em><em>. </em><em>This research uses qualitative methods with a literature and exposition approach to the text of the Bible. From the results of this study, it is hoped that God's people do not tend to sin because sin is a violation of God's law. The conclusion and implication of the results of this study are that the sinful acts committed by a man or God's people, both in hidden places and in the open places violate God's law. God will give eternal punishment to everyone who does not renounce his sin and does not want to live in the miraculous light of Christ.</em></p> <p>Dahulu orang-orang Efesus melakukan berbagai pelanggaran/dosa. Karena itu, rasul Paulus dipilih Allah agar memberitakan Injil ke Efesus supaya meninggalkan dosa sesuai pengajaran, ‘Habis gelap terbitlah terang.’ Frasa ‘habis gelap terbitlah terang’ merupakan sikap yang harus dilakukan oleh umat Tuhan, yakni yang beriman kepada Yesus Kristus, untuk membedakan kehidupannya dengan kehidupan orang lain yang masih tinggal di dalam dosa. Tujuan penelitian untuk menemukan makna dan pengajaran frasa ‘Habis gelap terbitlah terang.’ Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan dan eksposisi terhadap teks Alkitab. Dari hasil penelitian ini diharapkan umat Tuhan tidak memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa karena dosa adalah pelanggaran hukum Tuhan. Konklusi dan implikasi hasil penelitian ini ialah perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia atau umat Tuhan, baik di tempat-tempat tersembunyi maupun di tempat-tempat terbuka adalah melanggar hukum Tuhan. Tuhan akan memberi hukuman kekal kepada setiap orang yang tidak meninggalkan dosanya dan tidak menghendaki untuk hidup di dalam terang Kristus yang ajaib.</p>2022-12-30T14:42:32+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/88Relevansi Ilmu Filsafat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pendidikan Agama Kristen2022-12-30T14:48:46+00:00Hasudungan Sidabutarhasudungan090584@gmail.comYehezkiel SitumorangYehezkielsitumorang@iakn-manado.ac.id<p><em>The concept of Christian theology departs from God as the ultimate reality but philosophy departs from the human mind which thinks critically, questions many things to their roots. This fact often makes many Christians today still have anti-philosophical attitudes, and this certainly has an impact on the development of Christian religious education. History has recorded that the birth of philosophers in the ancient Greek era emphasized how the beginnings of science developed. This happens because philosophy gave birth to a tradition of critical and logical thinking that breaks, liberates, guides and ultimately brings humans to enlightenment. The development of science cannot be separated from this philosophical tradition. The relevance of philosophy to the development of Christian religious education disciplines is if philosophy, first, the tradition of philosophy gets a portion in the practice of Christian religious education. Second, the practice of Christian religious education must provide space for freedom of thought. Third, the practice of Christian religious education is open and not exclusive. The discipline of philosophy should not be ignored, because it is a tool to describe the philosophical foundations of science, namely ontological, epistemological and axiological.</em></p> <p>Konsep teologi kristen yang berangkat dari Allah sebagai realitas utama namun sebaliknya filsafat berangkat dari pikiran manusia yang berpikir secara kritis, mempertanyakan banyak hal sampai keakar-akarnya. Kenyataan ini yang kerap menjadikan banyak orang kristen pada masa kini masih memiliki sifat anti terhadap filsafat, dan hal ini tentu berdampak pada perkembangan ilmu pendidikan agama Kristen. Sejarah telah mencatatkan bahwa kelahiran para filsuf pada era Yunani kuno menandaskan bagaimana awal mula ilmu pengetahuan berkembang. Hal ini terjadi karena filsafat melahirkan tradisi berpikir kritis dan logis yang mendobrak, membebas, membimbing dan pada akhirnya membawa manusia kepada pencerahan. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari tradisi filsafat ini. Relevansi filsafat terhadap pengembangan disiplin ilmu pengetahuan pendidikan agama Kristen apabila filsafat, Pertama, tradisi ilmu filsafat mendapatkan porsi dalam praktik ilmu pendidikan Agama Kristen. Kedua, praktik pendidikan agama Kristen harus memberi ruang kebebasan untuk berpikir. Ketiga, praktik ilmu pendidikan agama Kristen bersikap terbuka dan tidak eksklusif. Disiplin ilmu filsafat tidak boleh diabaikan, karena ia merupakan alat untuk menguraikan pondasi ilmu secara filosofis yaitu ontologis, epistemologis dan aksiologis.</p>2022-12-30T14:48:46+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/130Developing an ICT Based Media of English Learning for Buddhist Students at Kusalamitra Homeschooling2022-12-30T23:21:28+00:00Junaidi Junaidijunaidi.stabnrw@gmail.comArina Afiyati Shadikaharina.jurnal@gmail.comWalyono Walyonowalyono@radenwijaya.ac.idDwi Maryani Rispatiningsihdwimaryani@radenwijaya.ac.id<p><em>This study was conducted at one of Buddhist Homeschooling namely Kusalamitra Homeschooling. This study aimed to develop an ICT based application to learn English for Buddhist students of Kusalamitra Homeschooling. This recent study was a research and development study so it objected to develop an English learning application for the students. Subjects of this study were validators and Buddhist students. There were two techniques used to collect the data namely interview and questionnaires. The interview was used to identify students’ need in learning English. The questionnaires were used to validate the product and evaluate the product. The data collected were analyzed qualitatively and quantitatively. There were five procedures in conducting this study. Those were analyzing needs, designing product, developing product, implementing product, and evaluating product. Based on the research finding, this study showed that the media developed had very good quality and very worth to be implemented on the students.</em></p> <p>Penelitian ini dilaksanakan di salah satu <em>Homeschooling </em>Buddha yang bernama <em>Homeschooling </em>Kusalamitra. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran bahasa Inggris berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah aplikasi pembelajaran bahasa Inggris bagi siswa. Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu validator dan juga siswa Buddha <em>homeschooling </em>itu sendiri. Terdapat dua teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu melalui wawancara dan penyebaran angket. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Terdapat lima langkah dalam melaksanakan penelitian ini yaitu menganalisis kebutuhan, mendesain produk, mengembangkan produk, mengimplementasikan produk, dan mengevaluasi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang dikembangkan masuk dalam kategori sangat baik dan sangat layak untuk digunakan oleh siswa.</p>2022-12-30T15:01:13+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/98Profesionalisme Guru Agama Kristen Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik2022-12-31T07:09:28+00:00Roseta Rosetarosetaayuuyek@gmail.comJunio Richson Siraitjuniorichson1995@gmail.com<p><em>Teachers are educators, and it can be said that teachers are people who play a very important role in producing humans with good quality human resources for the country. The phenomena obtained from the teachers slapping and tearing students' books for not doing their assignments. The aims of this research are as follows: (1) what is meant by a professional teacher</em><em>?</em><em> (2) how is the character of Christian religious education teacher</em><em>?</em><em> (3) how is the competence of Christian religious education teacher</em><em>?</em><em> (4) how to shape the character of student</em><em>?</em><em> and (5) How is the professionalism of Christian religious educators to shape the characteristics of students</em><em>?</em> <em>This research uses a qualitative method with a literature study approach. The results of the study are</em> <em>(1) Professional teachers are educators who do work as educators/teachers with high capacities who are the source of life. (2) Have the characters of Christ. (3) Have pedagogic, professional, social, and personality competencies. (4) An exemplary teacher. (5) a teacher who has the principle that students are gold, gems and diamonds that do not pay off.</em></p> <p>Guru merupakan tenaga pendidik, dan bisa dikatakan guru adalah orang yang sangat berperan dalam mengasilkan manusia dengan kualitas sumber daya manusia yang baik bagi negeri. Fenomena yang di dapatkan Guru menampar dan merobek buku murid hanya karena tidak mengerjakan tugas. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah yang dimaksud guru professional? (2) Bagaimana karakter guru pendidikan agama Kristen? (3) Bagaimana kompetensi guru pendidkan agama Kristen? (4) Bagaiman membentuk karakter peserta didik? dan (5) Bagaimana Profesionalisme tenaga pendidik agama kristen untuk membentuk karaktersitik peserta didik? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil dari penelitian adalah (1) Guru Profesional merupakan pendidik yang melakukan pekerjaan sebagai pendidik/pengajar dengan kapasitas tinggi yang menjadi sumber kehidupan. (2) Memiliki karakter Kristus. (3) Memiliki kompetensi pedagogic, profesional, sosial, dan kepribadian. (4) Guru yang menjadi teladan. (5) Guru yang memiliki prinsip bahwa peserta didik adalah emas, permata dan berlian yang tidak terbayar harganya.</p>2022-12-31T07:09:28+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/113Rekonstruksi Sosial Jemaat Katunen Pada Esoterisme Religio Magis Bukit Batu2022-12-31T07:14:54+00:00Yuel Yuelyuelkin192@gmail.com<p><em>This research stems from the phenomenon of religious and psycho-social community life dayak Ngaju Katingan that must be faced by members of the Katunen Congregation. The Esoteric Rite of The Rock is loaded with magi practices can affect the personality of members of the congregation who should grow and develop into mature and faithful members of the Church. The research focused on the socio-cultural construction of the Dayak Ngaju Katingan community through the externalization, objectification, and internalization of members of the congregation, the consciousness of adult congregation members. The research method used is phenomenal. The results showed that the Esoteric Social construction of Bukit Batu for the members of the Riwut asi Katunen Kasongan congregation processed externalization, objectivation and internalization. The socio-cultural construction of katingan society towards Bukit Batu as a social reality is an expression of Dayak Ngaju Katingan's imagination of the world and transcendent values are religio magi. In general, most Dayak Ngaju Katingan people support and faithfully carry out the rite. The social reconstruction of adult church members to the stone hill rite is implemented in the learning of adult packs in the congregation through Sunday worship and categorical worship, especially the service section of the fathers, the women's ministry section and also through family worship.</em></p> <p>Penelitian ini bertitik tolak dari fenomena kehidupan masyarakat keagamaan dan psiko-sosial masyarakat Dayak Ngaju Katingan yang harus dihadapi anggota Jemaat Katunen. Ritus Esoteris Bukit Batu sarat dengan praktek magi dapat mempengaruhi kepribadian anggota jemaat yang seharusnya tumbuh dan berkembang menjadi anggota Jemaat yang dewasa dan yang beriman.. Penelitian ini difokuskan pada konstruksi sosial-budaya masyarakat Dayak Ngaju Katingan melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi anggota jemaat, kesadaran anggota jemaat dewasa. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenalogi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi Sosial Esoteris Bukit Batu bagi warga jemaat Riwut asi Katunen Kasongan berproses secara eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Konstruksi sosial budaya masyarakat Katingan terhadap Bukit Batu sebagai realitas sosial adalah ungkapan penghayatan Dayak Ngaju Katingan tentang dunia dan nilai transenden bersifat religio magi. Pada umumnya kebanyakan masyarakat Dayak Ngaju Katingan mendukung dan setia melaksanakan ritus.Rekonstruksi sosial anggota jemaat dewasa terhadap ritus bukit batu diimplementasikan pada pembelajaran pak dewasa di jemaat melalui ibadah minggu dan ibadah kategorial khususnya ibadah seksi pelayanan bapak-bapak, seksi pelayanan perempuan dan juga melalui ibadah keluarga.</p>2022-12-31T07:14:54+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/119Pelaksanaan Pendidikan Iman Anak oleh Orangtua di Paroki Santo Yosef Delitua2022-12-31T07:31:32+00:00Benediktus Benteng Kurniadigabrielsing@gmail.comTri Chandra Fajariyantocornelcandra@gmail.comYova Andriani Br Gintingyovaandrianiginting@gmail.com<p><em>The objective of this study is to describe the implementation of children's faith education by parents in Paroki Santo Yosef Delitua. This study applies the descriptive qualitative method by using interview, observation and documentation. Thus parents become role models in developing children's faith. Although the implementation is recognized by the parents, it has not been carried out optimally and has not covered all the activities of family members. Lacking time of parents and chilhdren to sit together from morning to evening as the most factor that make the implementation of the children's faith education does not run well. However, it can be concluded that parents have understood the purpose of Catholic marriage where husband and wife are being together in the sacrament of marriage for the purpose of birth and education of children. Children who are believed as the crown of God must be guided and educated according to the Catholic faith. The family is the first and foremost educator of children. Thus, parents carry out their duties and responsibilities as a Catholic family.</em></p> <p>Penelitian ini bertujuan menggambarkan pelaksanaan pendidikan iman anak oleh orangtua di Paroki Santo Yosef Delitua. Metode penelitian yang digunakan ialah pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan dan dokumentasi di tujuh wilayah Paroki Santo Yosef Delitua. Orangtua menjadi teladan dalam pengembangan iman anak. Pelaksanaan pendidikan iman anak tersebut terwujud dalam bentuk kegiatan berdoa bersama yang ditandai dengan tanda salib sebagai orang katolik, mendengarkan nyayian rohani dan membaca buku rohani serta kitab suci, memfasilitasi bakat anak serta berperan aktif dalam kegiatan rohani di gereja, sosial gereja dan retret (pedalaman iman) orang muda katolik. Meskipun pada pelaksanaanya diakui oleh orangtua belum terlaksana secara maksimal dan belum mencakup pada keseluruhan aktifitas anggota keluarga. Faktor penyebabnya adalh kurangnya waktu bersama misalnya untuk berdoa bersama. Orangtua telah memahami tujuan perkawinan katolik dimana suami dan istri dipersatukan dalam sakramen perkawinan untuk tujuan kelahiran dan pendidikan anak. Anak yang merupakan mahkota dari Tuhan wajib dibimbing dan dididik sesuai dengan iman katolik. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama anak. Dengan demikian, orangtua menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai keluarga katolik.</p>2022-12-31T07:31:32+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/93Dialektika Pendidikan dalam Perspektif Paulo Freire: Kritik dan Solusi Terhadap Pendidikan Feodalistik2023-02-24T06:46:54+00:00Frans Pantanfranspantan@sttbi.ac.id<p><em>Effective education provides positive energy to humans as an effort to realize it. However, it is a shame because, lately, educational phenomena are still trapped in the black area. Spaces for discussion, debate, and freedom of thought are reduced to the mere fulfillment of the curriculum. Conditions like this place students as passive objects. This study aims to reveal the principles of liberating education in Christian religious education. This study uses library research with a descriptive qualitative approach. Empirical facts provide evidence that the implementation of education at this time is still conventional. Paulo Freire critically and transformatively breaks through the deadlock in education due to the interference of power and owners of capital by offering revolutionary, philosophical, and reflective concepts and approaches on how humans should be educated to become truly human beings who are aware of their existence and work in the concrete world. This condition can be realize through the application of educational dialectics. The solution recommendation from this research is applying the dialectical method in the educational process as the best way to present superior individuals who understand educational institutions as public spaces where all kinds of perspectives resolve through rigid discourse.</em></p> <p>Pendidikan efektif memberikan energi positif kepada manusia sebagai upaya mewujudkan. Namun patut disayangkan karena ternyata belakangan ini masih ditemukan fenomena pendidikan yang terjebak di area hitam. Ruang-ruang diskusi, debat, dan kebebasan berpikir direduksi sebatas pemenuhan kurikulum semata. Kondisi seperti ini menempatkan peserta didik sebagai objek pasif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan prinsip pendidikan yang membebaskan dalam pendidikan agama Kristen. Penelitian ini menggunakan riset perpustakaan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Fakta empiris memberi bukti bahwa pelaksanaan pendidikan di saat ini masih konvensional. Paulo Freire secara kritis dan transformatif menerobos kebuntuan pendidikan akibat campur tangan kekuasaan dan pemilik modal dengan menawarakan konsep dan pendekatan revolusioner, filosofis dan reflektif tentang bagaimana manusia seharusnya dididik menjadi benar-benar manusia yang sadar akan eksistensi dan kiprahnya dalam dunia konkretnya. Kondisi ini dapat diwujudkan melalui penerapan dialektika pendidikan. Rekomendasi solutif dari penelitian ini yakni penerapan metode dialetika dalam proses pendidikan sebagai jalan terbaik untuk menghadirkan pribadi unggul yang memahami lembaga pendidikan sebagai ruang publik di mana segala macam perspektif dituntaskan melalui diskursus yang rigid.</p>2023-02-24T06:46:54+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/94Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Pengejawantahan Mandat Budaya Kejadian 1:28 Dalam Gereja Lokal2023-02-24T07:06:39+00:00Hanny Frederikhannyf74@gmail.comRandy Frank Rouwrandyrouw@gmail.com<p> </p> <p><em>This article discusses how the church can realize the cultural mandate through environmental education within the scope of the Christian faith community. The method used is descriptive qualitative. The results of this article research are the manifestation of the cultural mandate by the church can occur through the implementation of environmental education within the scope of local churches. Environmental education in the church can be applied to members of the congregation for all ages and groups, because after all environmental education is part of teaching about the Christian faith and environmental conservation is part of the practice of faith. Both must be integrated to create an environmental education curriculum that can be applied in various forms of teaching in the church. There may be challenges for the church in implementing environmental education. The key is actually in the hands of the church leadership, whether they have sensitivity to environmental conditions and the willingness to obey the cultural mandate that God has given them or not.</em></p> <p>Artikel ini membahas cara gereja dapat mengejawantahkan amanat budaya itu melalui pendidikan lingkungan hidup dalam lingkup komunitas iman Kristen. Metode yang dipergunakan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian artikel ini adalah pengejawantahan mandat budaya oleh gereja dapat terjadi lewat pengimplementasian pendidikan lingkungan hidup dalam ruang lingkup gereja-gereja lokal. Pendidikan lingkungan hidup di dalam gereja dapat diterapkan pada anggota jemaat untuk semua kalangan dan golongan usia, karena bagaimanapun juga pendidikan lingkungan hidup adalah bagian dari pengajaran tentang iman Kristen dan pelestarian lingkungan hidup adalah bagian dari praktik iman. Keduanya harus diintegrasikan untuk menciptakan kurikulum pendidikan lingkungan hidup yang dapat diterapkan dalam berbagai bentuk pengajaran di gereja.</p>2023-02-24T07:06:39+00:00##submission.copyrightStatement##https://ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/100Studi Eksplanatori Karakteristik Pengkhotbah Misioner Menurut Injil Sinopsis dan Implikasinya bagi Misi era Postmodern2023-02-24T07:23:31+00:00Apin Militia Christiapinmilitiachristi@sttbi.ac.id<p>Postmodern menggagas gaya berpikir pluralis dan relatif. Semua bidang kehidupan telah dimasuki corak berpikir seperti ini, termasuk ranah gereja. Pola berpikir postmodern yang masuk dalam gereja menyebabkan jemaat mengalami kebingunan akan dasar kebenaran yang sahih dan kuat untuk dijadikan prinsip kehidupan sehari-hari dan misi kepada orang yang belum mengenal Tuhan. Oleh karena itu, menjadi penting tugas dari seorang pengkhotbah menyampaikan kebenaran firman Tuhan kepada jemaat sacara tegas dan berorientasi kepada misionaris. Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan karakteristik seorang pengkhotbah untuk menghadapi era postmodern dari sudut pandang Injil Sinopsis. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif eksplanatori dengan fokus kajian adalah Injil Sinopsis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik seorang pengkhotbah misioner menurut Injil synopsis adalah (i) memiliki hati untuk misi; (ii) Memiliki visi untuk melaksanakan misi; (iii) dalam khotbahnya ada konten misi; (iv) memiliki kemampuan memotivasi jemaat bekerja di ladang misi; (v) memiliki kemampuan komunikasi interpersonal; dan (vi) mampu menjadi teladan dalam menjalankan misi. Karakteristik ini harus dimiliki dan dikembangkan agar mampu menjadi pemberita Firman di era postmodern ini.</p>2023-02-24T07:23:31+00:00##submission.copyrightStatement##